Tampilkan postingan dengan label puisi semesta dan kopi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi semesta dan kopi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 September 2022

Puisi semesta dan kopi

Puisi semesta dan kopi

Semesta dan kopi

 

Puisi semesta dan kopi
Puisi semesta dan kopi

Dalam sisian jalan

Kaki kian terengah-engah berjalan

Manapak pada lumpur yang sangat pekat di rantauan

Terisak latah, tersungkur tak akan nampak pula

 

Tersadar,

Bahwa hanya ada beban yang menjadi teman dan penenang

Kopi bukan lagi tetang seduhan,

Melainkan keakraban pada pengap yang terasapkan

 

Linu biang rapuh

Rapuh biang ngeluh

Ngeluh menuntut sembuh

Namun pilu memilih liang di banding teguh

 

Semesta, tahukah kau?

Suara yang kerap menerima harmoni senandung resahku

Kini meronta menuntut kepastian nadanya

Sebab katanya, ada lirik yang lebih indah dibanding liriknya

Sebab katanya, ada suara yang lebih peka atas harmoni yang  terangkai oleh jemariku

 

Semesta?aku  kehabisan kopiku

Bisakah kau putarkan suara terhangat itu?

Di salon bloetooth, atau speaker hp pun tak apa

Sebab suara itu masih menjadi semangat terhangat dan tongkat terhebatku

 

Baca juga : Puisi berebut atensi 


Palopo, 2022