Tampilkan postingan dengan label puisi menyayat hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi menyayat hati. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Mei 2022

Puisi nada senja

Puisi nada senja

 

Nada senja

 

Puisi nada senja
Puisi nada senja

Senja menapak dalam wajah semesta

mentari  berada pada penghujung petualang

fana merah jambu merekah begitu serakah

menyerap segala keindahan pada langit-langit semesta

 

pada senja yang mulai jatuh

ayat-ayat rindu menghiasi imaji yang sekejap lagi runtuh

sebab secangkir kepahitan telah berada di penghujung resah yang menggerutu

kopi ibu memang selalu saja menenangkan dalam pahitnya sendiri

 

menyingkap tabir

mendengungkan takdir

sebagai nada dengan irama paling indah,

dalam harakat hasrat yang tak pernah membabi buta

 

denganmu surya yang tenggelam

indahmu adalah saksi yang berkobar pada aksi dialog dua dimensi

membayangkan segala pencapaian dengan doa paling kuagungkan saat ini

sebagai nama yang nantinya akan bersanding denganku di pelaminan biru depan rumahku

 

Baca juga : Puisi nada senja


Masamba, 2022

 

Jumat, 27 Mei 2022

Puisi hujan dan bunga

Puisi hujan dan bunga

 

Hujan dan bunga

 

Puisi hujan dan bunga

Andai saja hujan sadar

Bahwa bunga akan mati bila terlalu banyak air

Dia akan membusuk pada tanah

Menodai keindahan yang dahulu mekar menjadi miliknya

 

Dia membutuhkan senyuman semesta

Untuk bermetamorfosa menjadi yang terindah

Tangkai bertangkai, dahan tertambah tahan

Merekah diolesi embun, berkilau di penghujung senja

 

Namun pilu, hujan melupakan syarat

Dia manfikan fitrah organik dari bunga

Menyandang ego dengan mengguyur semena-mena

Sebab dalam hasrat, selalu ingin memamerkan pelangi sebagai jejak keindahan yang paling menakjubkan

 

Bunga itu mati,

Namun hujan belum juga menerbitkan sesal di hati

Atas nama manipulasi, mengukur kebenaran tertinggi dalam logikanya sendiri

Hujan mendongak angkuh dan harmoni hujan dan bunga terhambat pada tangga nada luka dan duka dalam kisah kasih tumbuh dan mati

 

Baca juga : Abstraksi tak bermakna


Masamba, 2022

Selasa, 24 Mei 2022

Puisi abstraksi tak bermakna

Puisi abstraksi tak bermakna

                         Abstraksi tak bermakna

 

Puisi abstraksi tanpa makna
Puisi abstraksi tak bermakna

Atma terisak dan terusak rasanya

Mengangkangi peristiwa yang melululantahkan mayapada

Menjamur pada abstraksi aksara-aksara

Menghina cinta dengan membagi rasa

 

Dalam pusara,

Euforia bereingkarnasi menjadi nestapa

Nestapa di semenanjung senja

Mendayung pada perahu surya yang tenggelam

 

Daksa gemetar mengangkat gelas kopi yang masih setengah

Kuracik sepenuh hati dengan paduan patah hati

Ku sesap mengikis detik yang berdetak

Menumpahruahkan sabar yang kini retak

 

Biarlah dia menyatu dalam simpul primordial

Tak usah mendaki bukit yang parsial

Cukupkan saja pada tempat-tempat peristirahatan

Sejenak ataupun selamanya

 

Baca juga : Puisi rindu sang ratu

 

Masamba, 2022


Sabtu, 21 Mei 2022

Puisi rindu sang ratu

Puisi rindu sang ratu

 

Rindu sang ratu

 

Puisi rindu sang ratu
Puisi rindu sang ratu

Di ufuk paling jauh

Rintik bertransformasi menjadi setetes

Semesta menopengkan wajah nestapa

Menuangkan hujan dalam terbit mentari

 

Pada singgasana sang ratu

Beliau memerintahkan panglima untuk mencari sesosok lelaki

Yang menerbitkan rindu dan kerap bersua dalam lelap lelahnya

Sesosok petani muda dengan cita-cita sederhana

 

Panglima dengan literasi yang ada

Menapakkan kaki di sudut-sudut desa

Di tepian ladang nan jauh memandang

Mengitari orbit literasi dari segala lorong kosong

 

Tak kunjung ditemukan

Sang ratu jatuh tersimpuh

Wajahnya sayu, dengan senandung mendayu-dayu,

Pada mahligainya ia mengucap terpasung dalam rindu paling senda dan sendu

 

Baca juga : Puisi mendaki perasaan

 

Masamba, 2022

 

 

Jumat, 20 Mei 2022

Puisi mendaki perasaan

Puisi mendaki perasaan

 

Mendaki perasaan

 

Puisi mendaki perasaan
Puisi mendaki perasaan

Di sudut paling jauh dari semesta

Kamu membias pada wajah cakrawala

Melihat segala titik-titik yang ada

Memuja rintik membius perih yang ada

 

Mencoba mendaki bukit yang terjal

Tanpa tau bahaya yang akan menjegal

Menikmati luka pada setiap sandungan

Memuja waktu sebagai metode penyembuhan

 

ketahuilah pada bukit itu

terdapat binatang buas yang akan menghadang

siapkah dirimu?

Mampukah hatimu yang lembut itu?

 

Kakimu menapak di lembah setapak tanpa ragu-ragu

Melangkah, meraih semesta tanpa belenggu

Menggenggam keyakinan, merobohkan bayangan terburuk

Menjamu lelah sebagai perjuangan mencapai hakikat bahagia

 

Baca juga : Puisi hipotesa jumat legi

 

Masamba, 2022

 

 

 

Kamis, 19 Mei 2022

Puisi hipotesa jumat legi

Puisi hipotesa jumat legi

 

Hipotesa jumat legi

 

Puisi hipotesa jumat legi
Puisi hipotesa jumat legi

Mungkin saja semesta tengah merajuk

Sebab senyumnya pun dilatenkan dalam kabut

Menampik mentari yang siap menyambut pagi

Dengan tetes-tetes awan yang bertransformasi menjadi uap air

 

Sejalan dengan suramnya wajah semesta

Jumat legi melarakan hasrat yang bermuara

Sulam menyulam, timpa-menimpa

Mengusut kasus menerbitkan hipotesa

 

Bagian bait paling baru

Pengertian mendeskripsikan harsat yang mendayu-dayu

Bergelantung semparangan

Bergerilya dalam belantara pertanyaan mengapa belum juga?

 

Rencana bergentayangan mengulik urutan

Menampik penyusutan yang mulai mengikis ukuran

Mengejawantahkan kenestapaan merongrong logika

Memenjarakan pesimisme dalam kungkungan duka

 

Baca juga : Puisi imaji dini hari

 

Masamba, 2022

 

Puisi imaji dini hari

Puisi imaji dini hari

 

Imaji dini hari

 

Puisi imaji dini hari
Puisi imaji dini hari

Netra masih terus bercahaya

Menistakan hasrat memalingkan getaran lelap

Berselisih paham dengan detik yang terus saja bergerak

Meronta dan akhirnya meninta

 

Pada ayat sajak ini

Wajahmu terangkai pada bingkai imaji

Mengeja tiap-tiap jejak yang termaktub dalam tinta sanubari

Mengubur hari ini dalam pusara keindahan, susun tersusun, rapi menyasar hati

 

Harmoni ucap begitu pekat

Melululantahkan lara yang menghantui laksana kilat

Menghidangkan jejak baru dalam reka adegan yang terngiang dalam bayang

Sabar laksana embun yang terpijak pada rerumputan namun menjadi anugrah untuk manusia

 

 

Lengkungan menampakkan baris

Rapi tesusun, safa menyapa

Menundukkan puji yang tersaji tanpa egois

Menyegarkan fikiran, mengorbitkan rekah kehidupan

 

Baca juga : Puisi titian permata

 

Masamba, 2022

 

 

Rabu, 18 Mei 2022

Puisi titian permata

Puisi titian permata

Titian permata

 

Puisi titian permata
Puisi titian permata

Permata yang laten di bawah temaram

Mulai berkilau menyinari konspirasi yang merajam

Menyertakan diri dalam kebanggaan

Mengadopsi doa-doa sebagai usaha yang ia lakukan

 

bergerak sebagai penghancur

memuliakan diri sebagai anak kesayangan dewi fortuna

menuhankan hierarki dalam strata

memuluskan hasrat tanpa terbata-bata

 

permata bersinar dalam titian yang terencana

meredupkan bintang-bintang yang coba di ajukan dunia

sebab ia adalah satu,

keindahan melampaui makna

 

permata mulai dilirik mata

memanjakan resonansi yang melambangkan keindahan tanpa penjelasan

seduh sebab mengucap syukur

bersujud sebab menghamba pada wibawa sang agung

 

Baca juga : Puisi aksara gelap

 

Masamba, 2022

 

 

 

 

 


Puisi aksara gelap

Puisi aksara gelap

 

Aksara gelap

 

Puisi aksara gelap
Puisi aksara gelap

semilir keheningan menumpah ruah

menambah fasihnya riuh rintik hujan bersenandung

cahaya bergaris pada wajah semesta

menambah kilau kesuraman yang bereskalasi gamang yang mengudara

 

sejenak kopi merehatkan substansi yang bergelut

menyarikan ketenangan yang teraduk bersama pahitnya

mengasapkan kepala yang terus saja mengudara dalam ruang-ruang imaji

menundukkan gegabah untuk sejenak berkompromi

 

setibanya dalam rehat

kamu terlintas sebagai penat yang tak kunjung usai

nama yang terus ku lantungkan diatas sajadah

kubaitkan pada setiap aksara doa

 

membangungkan peristirahatan

dan melanjutkan hiruk-pikuk hasrat yang terus saja melanggengkan aksara yang tersimpuhkan

sebagai pertarungan di atas langit

sebagai permintaan yang terus terbait

 

Baca juga : Puisi manusia payah

 

Masamba, 2022

Selasa, 17 Mei 2022

Puisi manusia payah

Puisi manusia payah

 

Manusia payah

 

Puisi manusia payah
Puisi manusia payah

Tak lagi ada upaya

Daya enggan beranjak dari dialog dini hari

Mengulas topik dan segala retorika

Menceritakan tamaknya hidup yang katanya akan membuatnya bertumbuh

 

Sedalam bibirnya mengeja derita

Sedalam itu dia terisak menundukkan aksara

Memalingkan netra dan mengucap segala ketabahan yang terus bercerita

Merakit sabar yang terus tersapu oleh semilir angin yang membuatnya hampir goyah

 

Sedemikian ranting pohon mulai patah dan terpisah dari dahannya

Murka mulai memuncak pada pemilik terompet sangkakala

Terus mengajukan pertanyaan mengapa, kenapa dan harus bagaimana?

Rasa-rasanya irama gitar adalah tempat paling tepat memekik rasa dengan nada-nada sederhana

 

Tiap-tiap surya berganti rembulan

Cerita menjelma derita

Aksara sayu mulai menapak sudut-sudut kelam

Terlelap adalah manifestasi terlelah

 

Baca juga : Puisi ritme elegi

 

Masamba, 2022

Senin, 16 Mei 2022

Puisi ritme elegi

Puisi ritme elegi


Ritme elegi

 
Puisi ritme elegi
Puisi ritme elegi

Dimana rindu memekik,

Disitu cinta membara dan menjerit

Menukik tajam wisata masa lalu yang terkunyah begitu sedap

Berlalu ke kerongkongan, nikmat tak terkira

 

Angin menembus riuh nada gemuruh

Begitu buas, menjarah setiap tubuh yang meringkih

Mendayu-dayu, memasung logika

Membunuh secara perlahan nada-nada dialektika

 

Bagaimana bisa aku merayakan keberhasilan melupakanmu

Sedangkan sisa-sisa kenangan masih kunikmati sebagai energi

Walau semesta menghidangkannya dengan irama elegi

Namun kopi yang ku sesap masih menjadikan kenangan tentangmu sebagai candu yang menambah kenikmatannya

 

Bila saja bersua tak melulu untuk menyembuhkan bius rindu

Aku tak akan sesengsara ini menjamu temu

Menanti almanak yang berbaris begitu rapi

Waktu yang tertanggal untuk kesembuhan rasa rinduku

 

Baca juga : Puisi embun sajak pagi 


Masamba, 2022

 

 

Minggu, 15 Mei 2022

Puisi embun sajak pagi

Puisi embun sajak pagi

 

Embun sajak pagi

 

Puisi embun sajak pagi
Puisi embun sajak pagi

Embun masih melata di atas rerumputan

Sejuk masih mendekap sejak semalam

Nyanyian burung menyambut mentari yang sebentar lagi tersenyum

Iramanya begitu khas dengan alunan ritme yang begitu ranum

 

Ikan menari di dalam minyak,

Dengan arus sedikit berombak

Panas, asapnya bergoyang ke atap

Kisah ikan goreng di penggorengan mama, sedap, nikmat dan mantap

 

Kuda besi berlalu lalang menerawang pagi

Petani berduyun-duyun memikul tengki

Menyemprot hama dengan cara yang masih sama

Menyemprot rumput dengan cara sedikit berbeda

 

Aksara menari

Jari begitu fasih meraba larik

Bibir bergumam mengulas baris

Hati merangkai tulisannya sendiri

 

Rasa menuntun sajak pagi

Sembilu menghantar resah di pelupuk netra

Mama mengantar semangat pagi

Aku mengantar puisi di semenanjung akal budi

 

Baca juga : Puisi lucunya intelektual busuk

 

Masamba, 2022

 

 

Sabtu, 14 Mei 2022

Puisi lucunya intelektual busuk

Puisi lucunya intelektual busuk

 

Lucunya intelektual busuk

 

Puisi lucunya intelektual busuk
Puisi lucunya intelektual busuk

Lucunya negeriku

Puncak tertinggi idealisme dapat dikangkangi oleh kepentingan

Sistem mengikis ide terhebat yang diimajikan dalam gema perjuangan

Menghianati kebenaran dengan strukturisasi sistem yang seolah-olah mengolah kebenaran

 

Aksara konstitusi didalilkan untuk advokasi kesalahan

Kristalisasi regulasi di khianati dengan ego subjektif manusia keparat

Melantunkan kehebatan dengan menyuap aparat

Dengan aksentuasi super tinggi, mengelabui masyarakat yang hebat akan hati

 

Intelektual busuk menghuni tiap-tiap birokrasi

Membuat sarang, nyaman enggan pulang

Sebab bantal ternyaman adalah korup untuk hidup

Mudah saja, berikan juga mereka agar kita tidur lelap tak perlu mendekam dan mendekap

 

Baca juga : Puisi bagaimana mungkin

 

Masamba, 2022

Puisi bagaimana mungkin

Puisi bagaimana mungkin

 

Bagaimana mungkin

Puisi bagaimana mungkin
Puisi bagaimana mungkin


Bagaimana mungkin

Pelangi mengitari wajah semesta,

sedangkan awan masih belum tersentuh rona hitam yang membuatnya gelap

 

Bagaimana mungkin

kayu berubah menjadi abu,

Sedangkan dia masih belum tersentuh panasnya api yang meluluhlantahkan deretan tangkai dan dahannya

 

Bagaimana mungkin

Setangkai bunga mawar dapat tumbuh,

Sedangkan potnya belum terisi tanah dan tak kau hujani dengan air

 

 

Bagaimana mungkin,

Bagaimana mungkin

Bagai  mana mungkin

 

Bagaimana mungkin

Hatiku kau semai dengan benih rasa,

Sedangkan kau tak pernah menganggapnya sebagai ladang kegemaranmu

 

Bagaimana mungkin

Kau bisukan aksara yang terbias pada hasrat

Sedangkan kau tak pernah menganggapnya sebagai nada kesukaanmu

 

 

Bagaiamana mungkin?

 

Baca juga : Puisi substansi sajakku


Masamba, 2022

 

Jumat, 13 Mei 2022

Puisi substansi sajakku

Puisi substansi sajakku

 

Substansi sajakku

 

Puisi substansi sajakku
Puisi substansi sajakku

Setelah menapak duri tajam yang tersebar pada lorong sempit kala itu

Hatiku menjelma sebagai pusara yang terhuni oleh kelam yang meradang

Semesta memancarkan surya

Menerbitkan ekspektasi agar bangkit dari lelap yang merajam perasaan

 

Mei terus mendengungkan namamu

Sebagai patah hati yang terus ku siasati

Mengeja tiap-tiap kenangan yang terbait dalam sajak masa lalu

Kala itu kau masih menjadi tokoh utama dalam ejaan keindahan dalam ayat-ayat puisiku

 

Dan saat ini

Terlantarlah aku dalam sekat yang kau bangun sedemikian tinggi

Kau lapisi tirai hitam

Agar mataku tak lagi mampu menjangkau setiap senyum yang terpancar di bibirmu

 

Sementara aku berupaya menghapus setiap jejak

Cobalah kau ingat pesan yang ku titip kala kita saling menatap

Bahwa dalam atap yang sama

Aku pernah membawamu di depan cermin untuk memperlihatkan bahwa kaulah substansi dari larik-larik sajakku


Baca juga : Puisi frasa rindu

 

Masamba, 2022

 

Kamis, 12 Mei 2022

Puisi frasa rindu

Puisi frasa rindu

 

Frasa rindu

 

Puisi frasa rindu
Puisi frasa rindu

Jika saja semesta menafikan pertemuan kala itu

Mungkin aku takkan sejatuh ini mencintaimu

Bergelimpang sebab dilukai rindu yang tak kunjung berujung temu

Sua masih sebatas rencana yang terus kusulam dengan kiat-kiat kesuksesan

 

Senja terus berganti

Namamu masih saja terpahat di hati

Kopi terus terseduh

Ampasnya begitu pekat layaknya rinduku yang sangat pekat tanpa sekat menyendu

 

Apa kabarmu?

Masihkah sama lagu kesukaan kita?

Ataukah kamu telah menyukai lagu baru yang mendeskripsikan euforia ketika bercinta dengannya?

Ketahuilah, disini aku masih bersetubuh dengan cinta dan sendu yang kiat larut dalam frasa bernama rindu

 

Baca juga : Puisi hebatnya kau


Masamba, 2022

 

 

Rabu, 11 Mei 2022

Puisi hebatnya kau

Puisi hebatnya kau

 

Hebatnya kau

 

Puisi hebatnya kau
Puisi hebatnya kau

Hanya saja

Kau begitu fasih menampik aksara yang bermuara

Menelantarkan rasa pada belantara penolakan yang kian hebat kau dengungkan

Bersamaan  dengan dia yang kau pamer sebagai satu-satunya kekaguman

 

Apalah dayaku

Pencadu sakit hati yang terus kau robek tak berhati-hati

Tanpa kau fikirkan betapa tertatihnya aku menjahit luka dengan memekik sekeras mungkin

Dan kau kian indah menampik sakitku sebagai hati yang tak mestinya di beri perhatian

 

Tetap saja

Setelah kau menjadi ayat-ayat yang indah

Kini kau dengan bangga menjadi ayat-ayat gundah

Menikam detik yang selalu saja mengucap namamu sebagai-satu-satunya rindu yang terus terlangitkan

 

Baca juga : Puisi kemarin

 

Masamba, 2022

Selasa, 10 Mei 2022

Puisi kemarin

Puisi kemarin

 

Kemarin

 

Puisi kemarin
Puisi kemarin

Kemarin

Aku mencarimu pada riuh kebisingan

Menilik segala percakapan yang sayu, mendayu

Merongrong kelam pada hasrat yang menumpas pengharapan

 

Tak ada wajahmu yang berbaris pada dentuman sorakan

Mengucap semangat membara daksa yang berseteru merebut kemenangan

Kamu adalah argumentasi yang merambah semua dimensi

Sebab itu aku menginginkanmu mengambil bagian sebagai tim penyemangat kala aku merebut podium kemenangan

 

Sebab melihatmu dalam sekejap

Adalah konduktor pembakar semangat

Senyap, namun bergitu meresap

Seperti kala itu, kedatanganmu kurayakan sebagai suatu kesyukuran

 

Pertemuan setelah perkenalan

Menapak rumput yang sama

Dengan membangun dialektika keakraban, secara verbal kuucapkan dengan kehatia-hatian

Sebagai akhir dari huruf yang dulu pernah bersanding di kolom chat kita

 

Baca juga : Puisi kamu dan nestapa


Masamba 2022

 

 

 

 

Jumat, 08 April 2022

Puisi kamu dan nestapa

Puisi kamu dan nestapa

 

Kamu dan nestapa

 

Puisi kamu dan nestapa
Puisi kamu dan nestapa

jika kamu tanya kenapa aku tak beranjak juga

setelah penolakan tak hentinya menyisir hasrat yang begitu membara

kau menyebutkan tidak, dengan cara paling baik

agar rasa tak terjungkal begitu sakit

 

ketahuilah,

aksara yang kau baitkan

tak cukup kuat mengalahkan semoga yang ku langitkan

jika terjungkal kesekian kali begitu sakit, aku rela merasakannya hanya untuk menjadi kebanggaan yang senantiasa menghuni perasaanmu

 

senja rasanya begitu suram kala jemari tak sibuk berdialog dengan jemarimu

makan di sepertiga pagi pun rasanya begitu hampa

kuah sayur yang di suguhkan mama pun rasanya telah menjadi nestapa

begitu hambar mengulik lara

 

jika kehadiranku mengusik kenyamanan

biarkan aku menjamumu di sepertiga malam

menceritakan kepada penciptamu

bahwa seorang hambanya telah membuatku rela bangkit dari jatuh yang kesekian kali hanya untuk mendapatkan pilhan ketenangan

 

Baca juga : Puisi rona yang mempesona


Masamba, 2022