Titik terpaksa
Puisi titik terpaksa |
Titik
terpasrah paling tinggi adalah mengadu di atas sajadah
Kala
senyum yang kau banggakan tak lagi bisa kau adopsi sebagai milikmu
Menumbuh
secara perlahan
Dengan
asupan patah hati, hingga kerongkongan serat tak main-main.
Hadirmu
yang dulu terbiasa
Kini
menghilang entah berlabuh pada hati siapa
Rasanya
kau sangat jauh
Ataukah
aku yang tak cukup tau
Pada
saat misi mengembaramu selesai
Kembalilah
padaku dengan semua cerita yang kau semai
Aku
akan menghidangkan kopi paling pahit
Agar
kau paham pahitnya menunggu kabar kala kepergianmu
Aku
masih sama
Dengan
resonansi aksara yang mengumbar keperkasaan rindu yang masih berkuasa
Memaksa
merangsek pada jalan setapak
Meski
kemungkinan terbesarnya, tergores oleh sekat yang kau bangun dengan tembok
perkasa
Namun
tak mengapa,
Silahkan
saja bercumbu dengannya
Aku
hanya ingin melihatm tawamu sekejap saja
Walau
sebenarnya aku bukanlah alasan lantunan tawa itu menggema dengan sangat
terbahak-bahak
Masamba,
15 Maret 2022