Tampilkan postingan dengan label Defenisi retorika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Defenisi retorika. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 September 2021

Defenisi retorika dakwah dan retorika politik

Defenisi retorika dakwah dan retorika politik

Berbagai defenisi mengenai retorika telah terpancarkan oleh pengetahuan masing-masing orang sehingga ada begitu banyak pengertian mengenai retorika secara independensi maupun cabang dari retorika itu sendiri. Nah berikut defenisi retorika dakwah dan retorika politik. 

defenisi retorika
Defenisi retorika dakwah dan retorika politik




Defenisi retorika

Retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan terampilan teknis. Secara etimologi retorika berasal dari bahasa latin (Yunani kuno) yaitu Rhetorica yang atinya seni berbicara  dan dari bahasa inggris Rhetoric yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara. Secara terminologi  retorika dikenal dengan istilah “The art of speaking” yang artinya seni di dalam berbicara atau bercakap.

 

Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi dari pengetahuan, pikiran, kesenian, dan kesanggupan berbicara. Dalam KBBI retorika berarti keterampilan berbahasa secara efektif, studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang serta seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.

 

Retorika merupakan kegiatan untuk menarik perhatian orang lewat kepandaian berbicara, khususnya berbicara didepan umum, dengan demikian peran retorika sangatlah besar dalam menyampaikan informasi dan komunikasi. Demikian pula dalam menyampaikan pesan-pesan nilai keagamaan diperlukan kepandaian retorika yang handal.

 

Menurut Plato retorika biasanya disebut dialectical rhetorie yang menekankan pada jiwa manusia. Maksudnya suatu kemampuan untuk mempengaruhi, mengurangi jiwa manusia secara positif kearah kebenaran dan menegangkan jiwa-jiwa manusia. Selain jenis retorika tersebut, Aristoteles juga memperkenalkan dalam karyanya retorika, ia kemudian membagi retorika dalam tiga jenis yaitu retorika deliberatif, retorika forensik, retorika demonstratif.

 

Berikut defenisi retorika menurut para ahli:

  • Suhandang (2009 : 8), Retorika diartikan sebagai bentuk komunikasi dimana  seseorang menyampaikan buah fikirannya baik lisan maupun tulisan kepada hadirin yang relatif banyak dengan pelbagai gaya seperti bagaimana cara bertutur, dan bagaimana jika selalu dalam keadaan face to face baik langsung maupun tidak langsung.
  • Rahmat (2001 : 10), Retorika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengatur komposisi kata-kata agar timbul kesan yang telah dikehendaki-nya pada diri khalayak.
  • Dede SH (2018:38) yang menerjemahkan buku Aristoteles menyebutkan, retorika  adalah kombinasi dari ilmu logika dan cabang etika dari ilmu politik, sebagian mirip dengan dialektika, sebagian dengan pengenalan politik.

 

Retorika dakwah

Retorika dakwah adalah kepandaian menyampaikan ajaran islam secara lisan guna terwujudnya situasi dan kondisi yang islami. Retorika dakwah merupakan cabang dari ilmu komunikasi yang membahas tentang bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain melalui seni berbicara agar pesan kita dapat diterima.

 

Retorika dakwah hendaknya dilakukan dengan bijak, nasihat yang baik (menyejukkan), dan argumentasi yang kuat. Dan ini sangat relevan dengan surah an-Nahl ayat 125 yang artinya ”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih baik mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.  Ayat tersebut juga merupakan acuan bagi pelaksanaan retorika dakwah dari segi style dan substansi.

 

Dalam surah An-Nahl ayat 125 pula termaktub lima metode retorika dakwah yaitu:

Dengan Hikmah

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, hikmah adalah wahyu uang telah diturunkan  oleh allah berupa Al-Quran dan As-Sunnah. Hikmah juga bermakna menyesuaikan teknik berdakwah dengan kondisi audiens.

Mau’idzah Hasanah

Nasihat dan pengajaran yang baik melalui kisah- kisah, kabar gembira dan peringatan, lemah lembut, agar berdampak pada audiens.

Mujadalah

Memberikan argumentasi dan bukti yang lebih kuat dibandingkan bantahan yang dikemukakan dengan cara baik, santun, dan logis, tanpa merendahkan objek dakwah.

Bil Hal

Memberikan dakwah melalui perbuatan yang nyata. Sehingga nampak secara visual daan mejadi tauladan bagi objek dakwah.

Bil Qalb

metode dakwah itu merupakan metode dakwah yang sebenarnya memegang kunci keberhasilan, yakni bil Qalb (berdakwah  dengan hati)

 

Tujuan Dakwah

Ada dua tujuan dakwah yakni :

  1. Suasio atau disebut anjuran al amru bi al ma’ruf (anjuran kebaikan)
  2. Dissuasion aatau disebut penolakan al hahyu al munkar (menolak kemungkaran)

 

Menurut Solikhin abu Izzuddin dalam bukunya yang berjudul Quantum Tarbiyyah yang dikutip oleh Lena Sopia menyebutkan bahwa Teknik-teknik berbicara sebagai berikut.

  1.   Efektif penuh makna
  2.   Berkata benar dengan cara yang menarik
  3.   Mudah dipahami dan bercita rasa tinggi
  4.  Ritme tidak terlalu cepat
  5.  Humoris dalam kebenaran
  6. Servis excellent seperti stamina yang prima, tidak meremehkan pendengar serta melayani dengan penuh hormat.
  7. Desain dengan penuh percaya diri

                                              

Retorika Politik

Komunikasi politik tidak cukup hanya dengan menggunakan satu jenis retorika saja untuk mempengaruhi khalayak secara persuasi. Sedang persuasi dapat berarti merayu atau membujuk dengan mengunggah emosi, atau dengan cara rasional dengan menggugah khalayak berdasarkan kondisi dan situasi kepribadian khalayak. Retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen,  awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelim The retoric dengan judul Grullos atau Plato menulis dalam Georgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksiaonal dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan penghargaan mereka.

 

Dalam karyanya, Retorika, Aristoteles mengidentifikasi ada tiga jenis retorika yang sering digunakan dalm peristiwa politik  antara lain:

  • Retorika deliberatif, digunakan untuk mempengaruhi orang-orang dalam masalah kebijakan pemerintah.
  • Retorika forensik/yuridis, yang berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu sebagai upaya  menunjukkan bersalah atau tidak bersalah seseorang yang biasanya digunakan dalam proses pengadilan.
  • Retorika demonstratif, adalah epideiktik, wacana yang memuji dan menjatuhkan. Retorika demonstratif ini digunakan untuk memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, suatu lembaga, atau gagasan. Menurut Aristoteles, kampanye politik biasnya penuh dengan retorika demonstratif  dimana satu pihak menantang kualifikasi pihak lain bagi jabatan di dalaqm pemerintahan.

 

Baca juga: Cara beretorika dengan teknik baik dan benar 


Demikianlah ulasan mengenai defenisi retorika dakwah dan retorika politik, semoga menjadi manfaat untuk teman-teman.