Tampilkan postingan dengan label Puisi menyayat hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi menyayat hati. Tampilkan semua postingan

Minggu, 03 April 2022

Puisi ilusi dini hari

Puisi ilusi dini hari

 

Ilusi dini hari

 

Puisi ilusi dini hari
Puisi ilusi dini hari

Denganmu pemilik surya yang tenggelam

Padamu masih ku dengungkan harmoni kerinduan

Kulafalkan begitu fasih dengan tingkat internalisasi paling tinggi

Terjuntai pada orkestrasi dialog dini hari

 

Kepulan-kepulan lara masih bersanding hebat dengan asap yang melangit dari secangkir nestapa

Senandung kesenduan yang menjelaskan tentang rindu meninabobokkan telinga

Begitu dalam, syahdu, merongrong keheningan

Cara kontemplasi dalam rindu yang berbaris untuk seorang adinda

 

Walau semesta tak lagi mengundang kita untuk bersua

Namun kau masih menjadi satu-satunya senandung kerinduan yang acap kali ku dengungkan

Namamu masih saja terpahat begitu jelas pada lukisan semesta

Walau selalu muncul setelah tetes kesenduan semesta membasahi ketidakmungkinan untuk memilikimu sebagai kebanggaan

 

Dalam detik yang bergulir

Wajahmu masih menjadi tokoh utama dalam tiap-tiap ilusi

Entah sampai kapan,

Rasanya lelah namun nyatanya lelahpun tak cukup menjadi alasan untuk ilusi yang terbentuk menafikanmu sebagai poros keindahan yang tersaji

 

 Baca juga : Puisi intelektual kelas kambing

 

Masamba, april 2022

Sabtu, 02 April 2022

Puisi intelektual kelas kambing

Puisi intelektual kelas kambing

 

Intelektual kelas kambing

 

Puisi intelektual kelas kambing
Puisi intelektual kelas kambing

 

Dengan lantang bersorai diskriminatif

Menuduh mereka subversif

Menghujam habis segala nada-nada interaksi ketidakadilan

Menolak pasif, begitu aktif mengkritik kebijakan yang menggelitik

 

Namun, ketika mendapat kursi

Keganasan layu dengan sendiri

Menjilat kekuasaan mempolitisasi argumentasi untuk mencitrakan diri

Memihak arogansi, bertumbuh dengan ego dan berkembang dengan kepentingan

 

Tak lagi di dengarkan jeritan suara rakyat

Membungkam segala dialektika yang mendiskreditkan kebijakan kekuasaan

Bersikap manis dengan retorika yang sebenarnya bengis

Menyuguhkan keindahan tindak persekusi kekuasaan

 

Itulah dia

Intelektual kelas kambing oleh dia pencari suaka di kekuasaan

Membungkuk kepada kepentingan

Mendongak kepada rakyat yang miskin oleh kebijakan kekuasaan

 

Tak lagi murka memekik atas pencedaraan konstitusi

Ikut melanggengkan mekanisme pembodohan struktural

Demi kepentingan,

Mengikis integritas demi uang dan kekuasaan

 

Baca juga : Puisi bunga nestapa

 

Masamba, April 2022

 

Puisi bunga nestapa

Puisi bunga nestapa

 

Bunga nestapa

 

 

Puisi bunga nestapa
Puisi bunga nestapa

Semesta tengah murka kala aku menggoreskan tinta ini

Semesta tengah menyanyikan nada paling menyeramkan menguncang pijakan yang menapak pada nestapa yang tersedu-sedu

Surya dihapuskan begitu saja

Semesta menangis dengan begitu bersorai

 

Padamu pemilik rindu

Masihkah denganku kau sematkan pujian yang mendayu-dayu

Masihkah kau pamerkan aku sebagai pilihan terbaikmu di depan sanak keluargamu

Masihkah?masihkah aku menjadi poros kebanggaan ketika dirimu menceritakan atmosfer kebahagian pada rekan sejawatmu

 

Ada kalanya,

Bunga yang dulunya mekar telah layu sebab mengerontang dan luput kau sirami dengan air yang menandai haru kebahagiaan

Kau biarkan dia dengan mengatasnamakan kepedihan

Tak kau perjuangkan dia sebagai akhir yang akan menerbitkan gelora tawa yang selalu kau idam-idamkan

 

Sampai akhirnya bunga itu mati

Kau menangis begitu tersakiti

Kau mulai menata argumentasi pembelaan dengan mengatasnamakan keikhlasan

Dengan mengatakan, bibit bunga itu yang buruk bukan sebab kau  yang luput

 

itulah dirimu

yang selalu menganggap bahwa puncak segala permasalahan berputar hanya pada orbitmu

air mata hanya mengalir pada pembulu darahmu

dan selalu merasa menjadi makhluk yang paling tersakiti oleh kejamnya semesta memperlakukanmu

 

Baca juga : Puisi terhunus payah

 

Masamba, April 2022

Jumat, 25 Maret 2022

Puisi terhunus payah

Puisi terhunus payah

 

Terhunus payah

 

Puisi terhunus payah
Puisi terhunus payah

 

Suram menggeliat pada temaram

Melululantahkan jiwa yang layu yang hendak mengaram

Terabaikan oleh pesona fana merah jambu pertanda surya akan tenggelam

Menjauh pada permukaan yang menghantam

 

Di relung perasaan

Hati tengah berseteru begitu hebat

Menerbitkan lara yang meringkih dan tergulai oleh karam di darat

Terhujam begitu sadis oleh kenyataan yang pahit

 

Tak ada hati tempat berteduh

Oleh ketidaknyamanan yang pengap penuh peluh

Tersungkur dalam kelam yang menyeluruh

Tertatih dan merangkak dengan segala daya

 

Sedih yang paling bengis adalah sedih tanpa ruang untuk mengurai perih

Dia bertumpuk dan berkecamuk, bertumpah ruah

Melibas segala motivasi, dan menyisakan nestapa yang menyebar ke seluruh anatomi

Memupuk air mata dan menampung segala perih  yang ada

 

bising memekik pada keheningan

gelora tawa tersudut oleh kepeningan

menara adzan kian syahdu terlantunkan

itulah manusia ketika sedang diombang-ambing semilir kasih sayang Tuhan

 

Apalah daya,

Daya  telah  terhunus payah

Tergelimpang lemah, terkoyak parah

Namun takkan menyerah oleh siasat semesta

 

Baca juga : Puisi luka menjelma lupa

 

Masamba, maret 2022

Kamis, 24 Maret 2022

Puisi luka menjelma lupa

Puisi luka menjelma lupa

 

Luka menjelma lupa

 

Puisi luka menjelma lupa
Puisi luka menjelma lupa

Kau adalah luka yang menjelma lupa

Mengudara dengan waktu

Dan menyisakan bias kenangan yang teraduk bersama satu sendok kenangan dan seperdua genangan

Racikan paling candu untuk sebuah kisah masa lalu

 

Telah cukup kau menari di atas aksara-aksaraku

Menebar keindahan dan kenestapaan pada bait-baitnya

Menjadi kisah yang merekah dengan begitu banyak cerita,

Kini sabarku telah layu oleh penantian yang jemu

 

Suatu saat nanti

Ketika hidangan penyesalan mulai kau nikmati

Mampirlah pada sajakku

Bahwa pernah ada sesosok lelaki, yang senantiasa mendengungkan namamu dalam karya-karyanya

Membisu dalam bait-bait kerinduan dan terluka lewat bait-bait lara

 

Sebab kala itu

Ada sekat yang menyeruak

Memaksaku bersetubuh dengan aksara

Dan mendeskripsikan segala rasa lewat karya

 

Baca juga : Puisi kerinduan

 

Masamba, maret 2022

 

Selasa, 22 Maret 2022

Puisi pelik

Puisi pelik


Pelik

 

Puisi pelik
Puisi pelik

Sekarang, kaki semakin kuat terpijak di bumi

Menapak segala kesulitan yang meninabobokkan surya yang tenggelam

Bersamaan dengan air yang merembes pada tanggung jawab yang terpikul oleh perasaan

Dimana sangat sulit membincangkan segala ekonomi yang kian pelik

 

Dimana lagi harus mencari?

Argumentasi dimensi yang kerap berdialog dini hari

Menumbangkan segala kelelahan yang menjarah anatomi

Menguras kenyamanan tubuh yang sedang menikmat bersama rehat

 

Kopi adalah jawaban dari tiap-tiap kepeningan

Panas yang memuncak menghangatkan segala kebisingan fikiran

Pahitnya menenangkan laksana rindu yang memiliki tuan

Cara singkat merehatkan aksara yang berbait pada kepala

 

Ditambah kamu yang menambah dialog kepeningan

Merubah senyuman mentari menjadi suram tak berseri

Harapku denganmu, tolong selipkan dulu doamu untukku

Agar kaki yang terpijak tetap mampu berdiri menopang ekonomi

 

Lamaran masih belum menemukan panggilan

Kebutuhan terus saja memaksa keheningan untuk memekik

Poros koordinasi tubuh tak dapat lagi berkutik

Memasrahkan segala keresahan pada pemilik bumi

 

Baca juga : Puisi selamat untukmu


Masamba, maret 2022

 

 

Senin, 21 Maret 2022

Puisi selamat untukmu

Puisi selamat untukmu

 

Selamat untukmu

 

Puisi selamat untukmu
Puisi selamat untukmu

 

Cerita tentang seorang pemuda,

Yang kerap berdialog dini hari mengungkap perasaan yang tertambat di hati

Mendeskripsikan cara hujan jatuh ke bumi

Mengamati dengan lara bercumbu dengan secangkir kemesraan yang terumbar di story Wa

 

Kepulan asap membara di telinga

Dada menyongsong amarah

Degup jantung lebih cepat dari biasanya

Cara cemburu paling biasa yang menambatkan sesak yang luar biasa

 

Kau nampak tak seperti biasanya

Pipimu tak lagi riuh mempesona

Apakah rona derita telah mengubur mimpi masa depanmu bersamanya?

Hingga kau tak sempat mempertahankan cantikmu sejak ditinggal olehnya?

 

Namun tenanglah, kini aku tak lagi menaruh hati padamu

Cerita tentangmu telah menjadi prasasti

Dan aku telah membaik oleh luka yang kau cabik

Rinduku, laksana lilin yang menerangi masa lalu dan kini telah habis tergerus waktu

 

Kau lihat langit mendung hari ini,

Begitulah rasaku ketika menanti harap menunggu balasan chat darimu

Gelap dan menyeramkan

Dimana kilat menerangi perasaan dan dentuman langit menggoyahkan pengharapan

 

Kau tak lebih dari ikhtiar yang tak membuahkan hasil

Aku menawarkan rindu, kau membalas dengan hati yang gaduh

Aku menawarkan bahagia, kau membalas dengan kepahitan yang nyata

Sadarku, mengharapkanmu hanyalah kegiatan yang sia-sia

 

Kini maret sedang bergerak menuju april

Apakah tentangku masih lengket oleh deret penyesalan yang  yang mulai kau cicil

Sebab dia yang kau pilih sejak november dua tahun lalu tak lagi bisa kau pamerkan dalam sajian linikala

Sebab tentangnya telah tergores kusam dan tak berwarna

 

Selamat menjalani kesendirian

oleh hati yang kau pilih sebagai kegabutan

 

 Baca juga : Puisi dirimu dan kesenduanmu

 

Masamba, maret 2022

 

 

 

 

 

 

Jumat, 18 Maret 2022

Puisi kala itu

Puisi kala itu

 

Kala itu

 

Puisi kala itu
Puisi kala itu

                                                

    Aku ingin mengisahkan sebuah kisah kala degup jantungku berdebar sangat kencang ketika lirikan matamu mampir dalam lamunan. Binar mata itu menyorot segala kekaguman yang bersimpuh kepadamu sembari kau beri lengkungan di bibirmu dan bertanya, mengapa aku menatapmu?. Tahukah kau, kala dirimu mencoba memainkan harmoni dalam nada kesayanganmu, waktu seakan berhenti memuja keindahanmu. Keheningan terasa begitu pekat, hanya ada kau, aku dan nyanyianmu. Kau mencoba melafalkan nadanya dengan begitu fasih. Sesekali kau melemparkan padangan matamu kearahku. Pandangan itu menciptakan ruang yang menggugah perasaan. Kau adalah perbandingan dari seluruh keindahan yang tak mampu tersetarakan. Sampai  akhirnya aku tersadar bahwa denganmu hanyalah skenario dalam ruang kedap suara.

           

    Kau menitipkan kekaguman kepadaku, lantas kau menitipkan perasaan kepadanya. Menghabiskan banyak malam berbincang dengan gombalan dengannya dan membangkitkan banyak harapan kala siang denganku. Bagaimana mungkin aku terperdaya dengan selalu merawat sayap-sayapmu lantas kau tak pernah mengijinkan aku untuk terbang bersamamu. Aku berupaya menyadarkan perasaanku yang terdikte oleh tingkahmu, bahwa kau hanyalah menghabiskan kegabutan dengan cara kegenitan.

           

    Yang tak habis fikir olehku, mengapa kau bertingkah mencintainya lantas menghukumku dengan membiarkan aku terpaku oleh tindak tandukmu. Sadarku jika kau adalah jodohku maka kau akan menolaknya sebagai kesayangan. Namun semesta tak merestui hasratku. Kau dengan bangga memperkenalkan dia sebagai prioritasmu.

 

 Baca juga : Puisi pa, anakmu telah sarjana


Masamba, Maret 2022

 

 

Kamis, 07 Oktober 2021

Puisi sedih menyayat hati

Puisi sedih menyayat hati

Ada gak sih yang pernah ngerasain diharapin banget sama si doi, tapi kamu itu ngerasa tidak pantas untuk ngebahagiain dia. Kamu merasa lebih sering buat dia sedih di banding buat dia bahagia. Nah, berikut puisi yang mungkin bisa ngewakilin perasaan kalian.

Puisi sedih menyayat hati
Puisi sedih menyayat hati


History pohon anarki

 

Apa aku berdosa?

Berjalan pada titian yang jauh dari keinginan

Menikam atma dari daksa yang tak bersalah

Menghukum segala perasaan yang kerap berbicara tentang bahagia

Menuntut masa lalu dari luapan sungai tangis sesosok gadis yang menginginkanku

 

Aku tengah berada pada belantara anarki

Yang menghijau bersama keangkuhan pohon yang indah dan menjulang tinggi

Akarku kuat tertanam pada kasih yang tak sampai

Ku jatuhi dengan rantingku sesuka hati

Rintihannya tak cukup membanjiri tubuhku oleh ketegaan yang tak berkesudahan

 

Aku kerap berbicara dengannya

Bahwasanya banyak pohon yang lebih indah di belantara ini

Dengan warisan aksara yang kian akan meninggikanmu bak menara

Memuja segala indahmu, bersukur menjadi pemilik satu-satunya senyum mu

Namun kau terus memungut keangkuhanku, hingga aku kian menjulang dan terus menjalang

 

Kapan tangismu bermuara?

Jika kau terus saja tak berselera dengan yang lainnya

Cobalah kau cicipi dulu buah dari pohon itu,

Siapa tau saja, itu candu dan membuatmu bahagia

Sebab segala ketegaan yang terpancar pada keangkuhan, telah menjarah kebaikan dalam diri sang pohon anarki yang tak tau diri

 

Baca juga : 7 cara membaca puisi yang baik dan benar

 

Demikian puisi History pohon anarki, semoga bisa jadi referensi teman-teman dalam membuat puisi.