Senin, 14 Maret 2022

Puisi Titik terpaksa

                                             Titik terpaksa 

Puisi titik terpaksa
Puisi titik terpaksa



Titik terpasrah paling tinggi adalah mengadu di atas sajadah

Kala senyum yang kau banggakan tak lagi bisa kau adopsi sebagai milikmu

Menumbuh secara perlahan

Dengan asupan patah hati, hingga kerongkongan serat tak main-main.

 

 

Hadirmu yang dulu terbiasa

Kini menghilang entah berlabuh pada hati siapa

Rasanya kau sangat jauh

Ataukah aku yang tak cukup tau

 

Pada saat misi mengembaramu selesai

Kembalilah padaku dengan semua cerita yang kau semai

Aku akan menghidangkan kopi paling pahit

Agar kau paham pahitnya menunggu kabar kala kepergianmu

 

Aku masih sama

Dengan resonansi aksara yang mengumbar keperkasaan rindu yang masih berkuasa

Memaksa merangsek pada jalan setapak

Meski kemungkinan terbesarnya, tergores oleh sekat yang kau bangun dengan tembok perkasa

 

Namun tak mengapa,

Silahkan saja bercumbu dengannya

Aku hanya ingin melihatm tawamu sekejap saja

Walau sebenarnya aku bukanlah alasan lantunan tawa itu menggema dengan sangat terbahak-bahak

 

 Baca juga : Puisi Ma, susahnya mencari kerja


Masamba, 15 Maret 2022

 

 


SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 komentar: