Kamis, 04 November 2021

Puisi Ratapan kesedihan pagi

 

Ratapan kesedihan pagi

 

Puisi Ratapan kesedihan pagi
Puisi Ratapan kesedihan pagi

Seperti biasa,

Remeh-temeh kegalauan menjemput mentari dari tidur lima jam semalam

Mengapa sangat susah mengawetkan ingatan dalam tidur?

Apakah butuh formalin untuk menaklukkan gusar yang enggan tergeser

Ataukah masih tak cukup penat menantinya beranjak dari duduk paling ego yang kian nyaman?

 

Entahlah, mataku menolak tertutup walau dingiangi kepasrahan

Dan sangat cepat dibangunkan oleh kegundahan

Sungguh hari-hari ini sangat berat rasanya

Hati begitu sesak dan fikiran memilih sesat

Sebab bait-bait keikhlasan masih sulit beradaptasi dengan puisi yang berjudul kerelaan

 

Aku memilihmu sebagai telinga

Walau sebenarnya tata letak perasaan menempatkanmu di sendu penuh sesak

Beberapa rembulan telah terlewatkan dengan cerita yang sama

Mungkin saja kau telah bosan dengan hidupku yang penuh drama

Tanggapi saja aku agar keresahan ini tak begitu menjalar kuat di sela-sela pembicaraan kita

 

Sebab hanya kamu dan Tuhan tempatku menumpahkan segala riuh keresahan

Yang begitu bising menguasai nalar dan membunuh keindahan waktu

Sebab kini, secangkir kopi tak lagi cukup menenangkanku dalam bising dilema yang tak berkesudahan

Mungkin saja dua cangkir atau tiga cangkir,

Entahlah aku hanya ingin bising ini mangkir

 

Sebab keruwetan telah menulusuk pada tata krama pemikiran

Menjadi sosok antagonis yang jahat yang menelantarkan sopan santun dalam berfikir

Resah kian riang dan merusuh pada sebait kemurkaan tanpa koma

Menghancurkan segala iktikad baik untuk berdamai dengan realita

Sebab menurutnya, ini adalah kerumitan yang dirumit-rumitkan perasaan

 

Aku kian tenggelam dalam celup sedih yang kian dalam

Memeluk keinginan begitu erat

Mengelusnya dan mengucap segala ketabahan di puncak kesabaran

Memungut remah-remah air yang menetes pada retina

Menadah dengan suport paling hebat dalam diri, bahwa ini adalah skenario yang akan menjadikanmu manusia terkuat di bumi

 

Hari ini tepat 3x24 jam aku berjalan menyisir segala ingatan yang menjarah ketenangan

Segala solusi telah ku coba untuk penyembuhan dari sakit yang di vonis hebat oleh alam

Mulai kembali bersimpuh mengarah kiblat, bercerita dengan kekasih, bahkan menyiapkan sesajen dengan hidangan sajak-sajak kesedihan

Namun tetap saja aku berkutat dalam pusaran lamunan dengan kegalauan super tinggi

Mungkin saja, sebentar lagi aku beranjak dari kewarasan, dan menjadi orang gila berlandaskan patah hati

 

Seandainya saja ada dokter yang dapat mengambil fikiran yang diresahkan manusia

Maka aku siap membelah kepalaku, membayar dengan mahal untuk menikmati gembira tanpa perlu berbagai syarat

Sebab kini, tak ada satu menitpun terlewati dengan warna-warni pelangi

Padahal tiap hari hujan menetes di retina

Begitu awet di sertai gemuruh yang begitu hebat


Baca juga : Puisi Awal november


Masamba, Oktober 2021

 

 


SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 komentar: