Jumat, 18 Maret 2022

Puisi kala itu

 

Kala itu

 

Puisi kala itu
Puisi kala itu

                                                

    Aku ingin mengisahkan sebuah kisah kala degup jantungku berdebar sangat kencang ketika lirikan matamu mampir dalam lamunan. Binar mata itu menyorot segala kekaguman yang bersimpuh kepadamu sembari kau beri lengkungan di bibirmu dan bertanya, mengapa aku menatapmu?. Tahukah kau, kala dirimu mencoba memainkan harmoni dalam nada kesayanganmu, waktu seakan berhenti memuja keindahanmu. Keheningan terasa begitu pekat, hanya ada kau, aku dan nyanyianmu. Kau mencoba melafalkan nadanya dengan begitu fasih. Sesekali kau melemparkan padangan matamu kearahku. Pandangan itu menciptakan ruang yang menggugah perasaan. Kau adalah perbandingan dari seluruh keindahan yang tak mampu tersetarakan. Sampai  akhirnya aku tersadar bahwa denganmu hanyalah skenario dalam ruang kedap suara.

           

    Kau menitipkan kekaguman kepadaku, lantas kau menitipkan perasaan kepadanya. Menghabiskan banyak malam berbincang dengan gombalan dengannya dan membangkitkan banyak harapan kala siang denganku. Bagaimana mungkin aku terperdaya dengan selalu merawat sayap-sayapmu lantas kau tak pernah mengijinkan aku untuk terbang bersamamu. Aku berupaya menyadarkan perasaanku yang terdikte oleh tingkahmu, bahwa kau hanyalah menghabiskan kegabutan dengan cara kegenitan.

           

    Yang tak habis fikir olehku, mengapa kau bertingkah mencintainya lantas menghukumku dengan membiarkan aku terpaku oleh tindak tandukmu. Sadarku jika kau adalah jodohku maka kau akan menolaknya sebagai kesayangan. Namun semesta tak merestui hasratku. Kau dengan bangga memperkenalkan dia sebagai prioritasmu.

 

 Baca juga : Puisi pa, anakmu telah sarjana


Masamba, Maret 2022

 

 


SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 komentar: