Bunga nestapa
Puisi bunga nestapa |
Semesta tengah murka kala aku
menggoreskan tinta ini
Semesta tengah menyanyikan
nada paling menyeramkan menguncang pijakan yang menapak pada nestapa yang
tersedu-sedu
Surya dihapuskan begitu saja
Semesta menangis dengan
begitu bersorai
Padamu pemilik rindu
Masihkah denganku kau
sematkan pujian yang mendayu-dayu
Masihkah kau pamerkan aku
sebagai pilihan terbaikmu di depan sanak keluargamu
Masihkah?masihkah aku menjadi
poros kebanggaan ketika dirimu menceritakan atmosfer kebahagian pada rekan
sejawatmu
Ada kalanya,
Bunga yang dulunya mekar
telah layu sebab mengerontang dan luput kau sirami dengan air yang menandai
haru kebahagiaan
Kau biarkan dia dengan mengatasnamakan
kepedihan
Tak kau perjuangkan dia
sebagai akhir yang akan menerbitkan gelora tawa yang selalu kau idam-idamkan
Sampai akhirnya bunga itu
mati
Kau menangis begitu tersakiti
Kau mulai menata argumentasi
pembelaan dengan mengatasnamakan keikhlasan
Dengan mengatakan, bibit bunga
itu yang buruk bukan sebab kau yang luput
itulah dirimu
yang selalu menganggap bahwa
puncak segala permasalahan berputar hanya pada orbitmu
air mata hanya mengalir pada
pembulu darahmu
dan selalu merasa menjadi
makhluk yang paling tersakiti oleh kejamnya semesta memperlakukanmu
Baca juga : Puisi terhunus payah
Masamba, April 2022
0 komentar: