Senin, 03 Oktober 2022

Puisi oktober

Puisi oktober

 

Oktober

 

Puisi oktober
Puisi oktober

Ketahuilah,

Tak semudah itu bergelayut dalam ranting yang rentan

Walau tangan begitu kuat menahan

Namun akan tetap terjatuh pada pusara keresahan

 

Oktober penuh rencana

Berseragam rapi tanpa lencana

Menyirat hasrat penuh tekun dan berwibawa

Dengan segenap cerita ruwet september dengan galaksi yang masih sama

 

Mengutarakan asa

Pada lantai yang sama

Dengan lentera penuh gairah

Cahaya baru dalam derai aksara penuh haru

 

Masih dengan seduhan secangkir kopi saset

Menelanjangi rasa, bercumbu dengan makna,

Setiap sesap menghempas sesak

Memejamkan mata nikmat yang awet, mendesah menghela nafas meniadakan penat sesaaat

 

Baca juga : Puisi lesehan rasa

 

Palopo, 2022

 

Sabtu, 01 Oktober 2022

Puisi lesehan rasa

Puisi lesehan rasa

 

Lesehan rasa

 

Puisi lesehan rasa

Derai keresahan jatuh perlahan

Seketika tetesan pada netra luruh terasingkan

Menjawab nestapa yang terbina pada buaian nominal yang teringinkan

Meluluhlantahkan frasa yang memaktubkan rasa

 

Sejenak hati terkoyak begitu luas

Menstimulasi benak yang semakin buas

Memaki risih, mengutuk rusuh

Dan akhirnya tergelincir dalam kulminasi motivasi yang tulus

 

Meredakan harapan

Berdamai dengan sasaran yang termarginalkan

Mengucap kasih, memohon teguh pada sang maha rahman

Menarik nafas, sejenak, degub jantung menemukan ritmenya kembali

 

Tuhan

Sebelum sangkakala berbunyi

Ijinkan asap kopiku mengudara dalam deretan prestasi

Ijinkan perempuan tua yang cantik itu mengucap bangga akan aku yang terakui

 

Baca juga : Puisi terpaksa hanya singgah

 

Palopo, 2022

Minggu, 25 September 2022

Puisi terpaksa hanya singgah

Puisi terpaksa hanya singgah

 

Terpaksa hanya singgah

 

Puisi terpaksa hanya singgah
Puisi terpaksa hanya singgah

Mana ada bintang dalam teriknya mentari

Seperti halnya dirimu,

yang tak mungkin bertahan dalam siksaan  nurani

mengoyak sabar dalam aroma pembebasan

 

rasanya kaki yang terpijak dalam buaian aksara

akan rontok berkeping-keping

tanpa nyaring, melibas kelam isak yang tak usang

menyingkap segala pedih pada rongga-rongga yang dahulu tersembunyi

 

mengusik titian,

mengutuk perjalanan

yang terbingkai dalam zona ketakutan yang kau sebut kenyamanan

membara dan  terluka, sudah sejak lama

 

kau sebut semua usaha,

memekik segala tingkah yang membuatmu menjadi sekedar singgah

tak ada lagi sapaan selamat pagi dengan akhiran selamat tidur

sebab bagimu harap yang senantiasa kau rangkai terkoyak kasar begitu besar

 

Baca juga : Puisi semesta dan kopi

 

Palopo, 2022

 

 

 

 

 

Kamis, 22 September 2022

Puisi semesta dan kopi

Puisi semesta dan kopi

Semesta dan kopi

 

Puisi semesta dan kopi
Puisi semesta dan kopi

Dalam sisian jalan

Kaki kian terengah-engah berjalan

Manapak pada lumpur yang sangat pekat di rantauan

Terisak latah, tersungkur tak akan nampak pula

 

Tersadar,

Bahwa hanya ada beban yang menjadi teman dan penenang

Kopi bukan lagi tetang seduhan,

Melainkan keakraban pada pengap yang terasapkan

 

Linu biang rapuh

Rapuh biang ngeluh

Ngeluh menuntut sembuh

Namun pilu memilih liang di banding teguh

 

Semesta, tahukah kau?

Suara yang kerap menerima harmoni senandung resahku

Kini meronta menuntut kepastian nadanya

Sebab katanya, ada lirik yang lebih indah dibanding liriknya

Sebab katanya, ada suara yang lebih peka atas harmoni yang  terangkai oleh jemariku

 

Semesta?aku  kehabisan kopiku

Bisakah kau putarkan suara terhangat itu?

Di salon bloetooth, atau speaker hp pun tak apa

Sebab suara itu masih menjadi semangat terhangat dan tongkat terhebatku

 

Baca juga : Puisi berebut atensi 


Palopo, 2022

 


Senin, 19 September 2022

Puisi berebut atensi

Puisi berebut atensi

 

Berebut atensi

 

Puisi berebut atensi
Puisi berebut atensi

Bila saja aksara yang ku agungkan

Menua bersama kenyataan,

Maka arunika memuncak bersama keindahan

Mengakhiri surya yang tenggelam dengan khiasan merah jambu yang terlangit bersama kilau cahayamu

 

Sejak sajak ini menapak

Tiap diksi menyulam rasa

Mengurai kenikmatan jatuh cinta penuh hasra

Menepikan lara manapikan tanpa kata

 

Entahlah, lelah, penat pula

Bintang berebut tempat di langit

Langit terbentang tanpa sekat

Mengurai kuasa sang agung, menjawab syukur yang mampir mendekat

 

Namun percayalah

Rembulan hanya satu,

Wajar saja bintang bergantian mendemonstrasikan atensi yang syahdu dan padu

Sebab cahaya mentari akan tetap berbeda dengan cahaya rembulan itu

 

Baca juga : Puisi pesona kanigara


Palopo, september 2022

 

Sabtu, 17 September 2022

Puisi pesona kanigara

Puisi pesona kanigara

 

Pesona kanigara

 

Puisi pesona kanigara
Puisi pesona kanigara

Walau bentang jarak menghantam permukaan

Rasanya rindu ini semakin ranum oleh kenyataan

Mengisap sisa-sisa kenangan yang masih menjadi runut terindah dalam petualangan

Menstimulasi buntara yang terlangit pada bias cakrawala

 

Dalam kamar sedehana ini

Netra terbangun mengungkit rona mega yang melukiskan lukisan sang maha yang paling indah,

Ya, itulah wajahmu

Pesona mengalahkan puspita

Menyulam aksara, mendayu dalam kata

 

Dalam strata keindahan

Rasanya kamu berada pada titik kulminasi bersanding dengan swastamita

Merebut keindahannya, menghempaskan segala tafsir tentangnya

Menjadi satu-satunya wanodya dengan kanigara


Baca juga : Puisi nada senja


Palopo, september 2022

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 28 Mei 2022

Puisi nada senja

Puisi nada senja

 

Nada senja

 

Puisi nada senja
Puisi nada senja

Senja menapak dalam wajah semesta

mentari  berada pada penghujung petualang

fana merah jambu merekah begitu serakah

menyerap segala keindahan pada langit-langit semesta

 

pada senja yang mulai jatuh

ayat-ayat rindu menghiasi imaji yang sekejap lagi runtuh

sebab secangkir kepahitan telah berada di penghujung resah yang menggerutu

kopi ibu memang selalu saja menenangkan dalam pahitnya sendiri

 

menyingkap tabir

mendengungkan takdir

sebagai nada dengan irama paling indah,

dalam harakat hasrat yang tak pernah membabi buta

 

denganmu surya yang tenggelam

indahmu adalah saksi yang berkobar pada aksi dialog dua dimensi

membayangkan segala pencapaian dengan doa paling kuagungkan saat ini

sebagai nama yang nantinya akan bersanding denganku di pelaminan biru depan rumahku

 

Baca juga : Puisi nada senja


Masamba, 2022

 

Jumat, 27 Mei 2022

Puisi hujan dan bunga

Puisi hujan dan bunga

 

Hujan dan bunga

 

Puisi hujan dan bunga

Andai saja hujan sadar

Bahwa bunga akan mati bila terlalu banyak air

Dia akan membusuk pada tanah

Menodai keindahan yang dahulu mekar menjadi miliknya

 

Dia membutuhkan senyuman semesta

Untuk bermetamorfosa menjadi yang terindah

Tangkai bertangkai, dahan tertambah tahan

Merekah diolesi embun, berkilau di penghujung senja

 

Namun pilu, hujan melupakan syarat

Dia manfikan fitrah organik dari bunga

Menyandang ego dengan mengguyur semena-mena

Sebab dalam hasrat, selalu ingin memamerkan pelangi sebagai jejak keindahan yang paling menakjubkan

 

Bunga itu mati,

Namun hujan belum juga menerbitkan sesal di hati

Atas nama manipulasi, mengukur kebenaran tertinggi dalam logikanya sendiri

Hujan mendongak angkuh dan harmoni hujan dan bunga terhambat pada tangga nada luka dan duka dalam kisah kasih tumbuh dan mati

 

Baca juga : Abstraksi tak bermakna


Masamba, 2022

Selasa, 24 Mei 2022

Puisi abstraksi tak bermakna

Puisi abstraksi tak bermakna

                         Abstraksi tak bermakna

 

Puisi abstraksi tanpa makna
Puisi abstraksi tak bermakna

Atma terisak dan terusak rasanya

Mengangkangi peristiwa yang melululantahkan mayapada

Menjamur pada abstraksi aksara-aksara

Menghina cinta dengan membagi rasa

 

Dalam pusara,

Euforia bereingkarnasi menjadi nestapa

Nestapa di semenanjung senja

Mendayung pada perahu surya yang tenggelam

 

Daksa gemetar mengangkat gelas kopi yang masih setengah

Kuracik sepenuh hati dengan paduan patah hati

Ku sesap mengikis detik yang berdetak

Menumpahruahkan sabar yang kini retak

 

Biarlah dia menyatu dalam simpul primordial

Tak usah mendaki bukit yang parsial

Cukupkan saja pada tempat-tempat peristirahatan

Sejenak ataupun selamanya

 

Baca juga : Puisi rindu sang ratu

 

Masamba, 2022


Sabtu, 21 Mei 2022

Puisi rindu sang ratu

Puisi rindu sang ratu

 

Rindu sang ratu

 

Puisi rindu sang ratu
Puisi rindu sang ratu

Di ufuk paling jauh

Rintik bertransformasi menjadi setetes

Semesta menopengkan wajah nestapa

Menuangkan hujan dalam terbit mentari

 

Pada singgasana sang ratu

Beliau memerintahkan panglima untuk mencari sesosok lelaki

Yang menerbitkan rindu dan kerap bersua dalam lelap lelahnya

Sesosok petani muda dengan cita-cita sederhana

 

Panglima dengan literasi yang ada

Menapakkan kaki di sudut-sudut desa

Di tepian ladang nan jauh memandang

Mengitari orbit literasi dari segala lorong kosong

 

Tak kunjung ditemukan

Sang ratu jatuh tersimpuh

Wajahnya sayu, dengan senandung mendayu-dayu,

Pada mahligainya ia mengucap terpasung dalam rindu paling senda dan sendu

 

Baca juga : Puisi mendaki perasaan

 

Masamba, 2022

 

 

Jumat, 20 Mei 2022

Puisi mendaki perasaan

Puisi mendaki perasaan

 

Mendaki perasaan

 

Puisi mendaki perasaan
Puisi mendaki perasaan

Di sudut paling jauh dari semesta

Kamu membias pada wajah cakrawala

Melihat segala titik-titik yang ada

Memuja rintik membius perih yang ada

 

Mencoba mendaki bukit yang terjal

Tanpa tau bahaya yang akan menjegal

Menikmati luka pada setiap sandungan

Memuja waktu sebagai metode penyembuhan

 

ketahuilah pada bukit itu

terdapat binatang buas yang akan menghadang

siapkah dirimu?

Mampukah hatimu yang lembut itu?

 

Kakimu menapak di lembah setapak tanpa ragu-ragu

Melangkah, meraih semesta tanpa belenggu

Menggenggam keyakinan, merobohkan bayangan terburuk

Menjamu lelah sebagai perjuangan mencapai hakikat bahagia

 

Baca juga : Puisi hipotesa jumat legi

 

Masamba, 2022