Kamis, 19 Mei 2022

Puisi hipotesa jumat legi

Puisi hipotesa jumat legi

 

Hipotesa jumat legi

 

Puisi hipotesa jumat legi
Puisi hipotesa jumat legi

Mungkin saja semesta tengah merajuk

Sebab senyumnya pun dilatenkan dalam kabut

Menampik mentari yang siap menyambut pagi

Dengan tetes-tetes awan yang bertransformasi menjadi uap air

 

Sejalan dengan suramnya wajah semesta

Jumat legi melarakan hasrat yang bermuara

Sulam menyulam, timpa-menimpa

Mengusut kasus menerbitkan hipotesa

 

Bagian bait paling baru

Pengertian mendeskripsikan harsat yang mendayu-dayu

Bergelantung semparangan

Bergerilya dalam belantara pertanyaan mengapa belum juga?

 

Rencana bergentayangan mengulik urutan

Menampik penyusutan yang mulai mengikis ukuran

Mengejawantahkan kenestapaan merongrong logika

Memenjarakan pesimisme dalam kungkungan duka

 

Baca juga : Puisi imaji dini hari

 

Masamba, 2022

 

Puisi imaji dini hari

Puisi imaji dini hari

 

Imaji dini hari

 

Puisi imaji dini hari
Puisi imaji dini hari

Netra masih terus bercahaya

Menistakan hasrat memalingkan getaran lelap

Berselisih paham dengan detik yang terus saja bergerak

Meronta dan akhirnya meninta

 

Pada ayat sajak ini

Wajahmu terangkai pada bingkai imaji

Mengeja tiap-tiap jejak yang termaktub dalam tinta sanubari

Mengubur hari ini dalam pusara keindahan, susun tersusun, rapi menyasar hati

 

Harmoni ucap begitu pekat

Melululantahkan lara yang menghantui laksana kilat

Menghidangkan jejak baru dalam reka adegan yang terngiang dalam bayang

Sabar laksana embun yang terpijak pada rerumputan namun menjadi anugrah untuk manusia

 

 

Lengkungan menampakkan baris

Rapi tesusun, safa menyapa

Menundukkan puji yang tersaji tanpa egois

Menyegarkan fikiran, mengorbitkan rekah kehidupan

 

Baca juga : Puisi titian permata

 

Masamba, 2022

 

 

Rabu, 18 Mei 2022

Puisi titian permata

Puisi titian permata

Titian permata

 

Puisi titian permata
Puisi titian permata

Permata yang laten di bawah temaram

Mulai berkilau menyinari konspirasi yang merajam

Menyertakan diri dalam kebanggaan

Mengadopsi doa-doa sebagai usaha yang ia lakukan

 

bergerak sebagai penghancur

memuliakan diri sebagai anak kesayangan dewi fortuna

menuhankan hierarki dalam strata

memuluskan hasrat tanpa terbata-bata

 

permata bersinar dalam titian yang terencana

meredupkan bintang-bintang yang coba di ajukan dunia

sebab ia adalah satu,

keindahan melampaui makna

 

permata mulai dilirik mata

memanjakan resonansi yang melambangkan keindahan tanpa penjelasan

seduh sebab mengucap syukur

bersujud sebab menghamba pada wibawa sang agung

 

Baca juga : Puisi aksara gelap

 

Masamba, 2022

 

 

 

 

 


Puisi aksara gelap

Puisi aksara gelap

 

Aksara gelap

 

Puisi aksara gelap
Puisi aksara gelap

semilir keheningan menumpah ruah

menambah fasihnya riuh rintik hujan bersenandung

cahaya bergaris pada wajah semesta

menambah kilau kesuraman yang bereskalasi gamang yang mengudara

 

sejenak kopi merehatkan substansi yang bergelut

menyarikan ketenangan yang teraduk bersama pahitnya

mengasapkan kepala yang terus saja mengudara dalam ruang-ruang imaji

menundukkan gegabah untuk sejenak berkompromi

 

setibanya dalam rehat

kamu terlintas sebagai penat yang tak kunjung usai

nama yang terus ku lantungkan diatas sajadah

kubaitkan pada setiap aksara doa

 

membangungkan peristirahatan

dan melanjutkan hiruk-pikuk hasrat yang terus saja melanggengkan aksara yang tersimpuhkan

sebagai pertarungan di atas langit

sebagai permintaan yang terus terbait

 

Baca juga : Puisi manusia payah

 

Masamba, 2022

Selasa, 17 Mei 2022

Puisi manusia payah

Puisi manusia payah

 

Manusia payah

 

Puisi manusia payah
Puisi manusia payah

Tak lagi ada upaya

Daya enggan beranjak dari dialog dini hari

Mengulas topik dan segala retorika

Menceritakan tamaknya hidup yang katanya akan membuatnya bertumbuh

 

Sedalam bibirnya mengeja derita

Sedalam itu dia terisak menundukkan aksara

Memalingkan netra dan mengucap segala ketabahan yang terus bercerita

Merakit sabar yang terus tersapu oleh semilir angin yang membuatnya hampir goyah

 

Sedemikian ranting pohon mulai patah dan terpisah dari dahannya

Murka mulai memuncak pada pemilik terompet sangkakala

Terus mengajukan pertanyaan mengapa, kenapa dan harus bagaimana?

Rasa-rasanya irama gitar adalah tempat paling tepat memekik rasa dengan nada-nada sederhana

 

Tiap-tiap surya berganti rembulan

Cerita menjelma derita

Aksara sayu mulai menapak sudut-sudut kelam

Terlelap adalah manifestasi terlelah

 

Baca juga : Puisi ritme elegi

 

Masamba, 2022

Senin, 16 Mei 2022

Puisi ritme elegi

Puisi ritme elegi


Ritme elegi

 
Puisi ritme elegi
Puisi ritme elegi

Dimana rindu memekik,

Disitu cinta membara dan menjerit

Menukik tajam wisata masa lalu yang terkunyah begitu sedap

Berlalu ke kerongkongan, nikmat tak terkira

 

Angin menembus riuh nada gemuruh

Begitu buas, menjarah setiap tubuh yang meringkih

Mendayu-dayu, memasung logika

Membunuh secara perlahan nada-nada dialektika

 

Bagaimana bisa aku merayakan keberhasilan melupakanmu

Sedangkan sisa-sisa kenangan masih kunikmati sebagai energi

Walau semesta menghidangkannya dengan irama elegi

Namun kopi yang ku sesap masih menjadikan kenangan tentangmu sebagai candu yang menambah kenikmatannya

 

Bila saja bersua tak melulu untuk menyembuhkan bius rindu

Aku tak akan sesengsara ini menjamu temu

Menanti almanak yang berbaris begitu rapi

Waktu yang tertanggal untuk kesembuhan rasa rinduku

 

Baca juga : Puisi embun sajak pagi 


Masamba, 2022

 

 

Minggu, 15 Mei 2022

Puisi embun sajak pagi

Puisi embun sajak pagi

 

Embun sajak pagi

 

Puisi embun sajak pagi
Puisi embun sajak pagi

Embun masih melata di atas rerumputan

Sejuk masih mendekap sejak semalam

Nyanyian burung menyambut mentari yang sebentar lagi tersenyum

Iramanya begitu khas dengan alunan ritme yang begitu ranum

 

Ikan menari di dalam minyak,

Dengan arus sedikit berombak

Panas, asapnya bergoyang ke atap

Kisah ikan goreng di penggorengan mama, sedap, nikmat dan mantap

 

Kuda besi berlalu lalang menerawang pagi

Petani berduyun-duyun memikul tengki

Menyemprot hama dengan cara yang masih sama

Menyemprot rumput dengan cara sedikit berbeda

 

Aksara menari

Jari begitu fasih meraba larik

Bibir bergumam mengulas baris

Hati merangkai tulisannya sendiri

 

Rasa menuntun sajak pagi

Sembilu menghantar resah di pelupuk netra

Mama mengantar semangat pagi

Aku mengantar puisi di semenanjung akal budi

 

Baca juga : Puisi lucunya intelektual busuk

 

Masamba, 2022

 

 

Sabtu, 14 Mei 2022

Puisi lucunya intelektual busuk

Puisi lucunya intelektual busuk

 

Lucunya intelektual busuk

 

Puisi lucunya intelektual busuk
Puisi lucunya intelektual busuk

Lucunya negeriku

Puncak tertinggi idealisme dapat dikangkangi oleh kepentingan

Sistem mengikis ide terhebat yang diimajikan dalam gema perjuangan

Menghianati kebenaran dengan strukturisasi sistem yang seolah-olah mengolah kebenaran

 

Aksara konstitusi didalilkan untuk advokasi kesalahan

Kristalisasi regulasi di khianati dengan ego subjektif manusia keparat

Melantunkan kehebatan dengan menyuap aparat

Dengan aksentuasi super tinggi, mengelabui masyarakat yang hebat akan hati

 

Intelektual busuk menghuni tiap-tiap birokrasi

Membuat sarang, nyaman enggan pulang

Sebab bantal ternyaman adalah korup untuk hidup

Mudah saja, berikan juga mereka agar kita tidur lelap tak perlu mendekam dan mendekap

 

Baca juga : Puisi bagaimana mungkin

 

Masamba, 2022

Puisi bagaimana mungkin

Puisi bagaimana mungkin

 

Bagaimana mungkin

Puisi bagaimana mungkin
Puisi bagaimana mungkin


Bagaimana mungkin

Pelangi mengitari wajah semesta,

sedangkan awan masih belum tersentuh rona hitam yang membuatnya gelap

 

Bagaimana mungkin

kayu berubah menjadi abu,

Sedangkan dia masih belum tersentuh panasnya api yang meluluhlantahkan deretan tangkai dan dahannya

 

Bagaimana mungkin

Setangkai bunga mawar dapat tumbuh,

Sedangkan potnya belum terisi tanah dan tak kau hujani dengan air

 

 

Bagaimana mungkin,

Bagaimana mungkin

Bagai  mana mungkin

 

Bagaimana mungkin

Hatiku kau semai dengan benih rasa,

Sedangkan kau tak pernah menganggapnya sebagai ladang kegemaranmu

 

Bagaimana mungkin

Kau bisukan aksara yang terbias pada hasrat

Sedangkan kau tak pernah menganggapnya sebagai nada kesukaanmu

 

 

Bagaiamana mungkin?

 

Baca juga : Puisi substansi sajakku


Masamba, 2022

 

Jumat, 13 Mei 2022

Puisi substansi sajakku

Puisi substansi sajakku

 

Substansi sajakku

 

Puisi substansi sajakku
Puisi substansi sajakku

Setelah menapak duri tajam yang tersebar pada lorong sempit kala itu

Hatiku menjelma sebagai pusara yang terhuni oleh kelam yang meradang

Semesta memancarkan surya

Menerbitkan ekspektasi agar bangkit dari lelap yang merajam perasaan

 

Mei terus mendengungkan namamu

Sebagai patah hati yang terus ku siasati

Mengeja tiap-tiap kenangan yang terbait dalam sajak masa lalu

Kala itu kau masih menjadi tokoh utama dalam ejaan keindahan dalam ayat-ayat puisiku

 

Dan saat ini

Terlantarlah aku dalam sekat yang kau bangun sedemikian tinggi

Kau lapisi tirai hitam

Agar mataku tak lagi mampu menjangkau setiap senyum yang terpancar di bibirmu

 

Sementara aku berupaya menghapus setiap jejak

Cobalah kau ingat pesan yang ku titip kala kita saling menatap

Bahwa dalam atap yang sama

Aku pernah membawamu di depan cermin untuk memperlihatkan bahwa kaulah substansi dari larik-larik sajakku


Baca juga : Puisi frasa rindu

 

Masamba, 2022

 

Kamis, 12 Mei 2022

Puisi frasa rindu

Puisi frasa rindu

 

Frasa rindu

 

Puisi frasa rindu
Puisi frasa rindu

Jika saja semesta menafikan pertemuan kala itu

Mungkin aku takkan sejatuh ini mencintaimu

Bergelimpang sebab dilukai rindu yang tak kunjung berujung temu

Sua masih sebatas rencana yang terus kusulam dengan kiat-kiat kesuksesan

 

Senja terus berganti

Namamu masih saja terpahat di hati

Kopi terus terseduh

Ampasnya begitu pekat layaknya rinduku yang sangat pekat tanpa sekat menyendu

 

Apa kabarmu?

Masihkah sama lagu kesukaan kita?

Ataukah kamu telah menyukai lagu baru yang mendeskripsikan euforia ketika bercinta dengannya?

Ketahuilah, disini aku masih bersetubuh dengan cinta dan sendu yang kiat larut dalam frasa bernama rindu

 

Baca juga : Puisi hebatnya kau


Masamba, 2022